Mengatasi Masalah Sampah Perkotaan Tanpa TPA

- Jurnalis

Kamis, 26 Juni 2025 - 12:12

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA, AMPHIBI NEWS.COM // Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menyebutkan timbulan sampah nasional pada 2024 mencapai 56,63 juta ton per tahun. Sekitar 21,85% terakomodasi di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dengan cara penimbunan di tempat terbuka, 25,5% dapat dikelola, sementara lebih dari 40% lagi dibuang ke lingkungan seperti laut, sungai atau lahan kosong.

Saat ini, pola penanganan sampah di Indonesia masih mengandalkan sistem utama berupa pembuangan secara terbuka di TPA (open dumping). Hal itu bukan tanpa tantangan, mengingat mayoritas TPA di Indonesia sudah kelebihan beban (overloaded), kondisi tata kelola tidak memadai, lahan yang terbatas, serta rentan menimbulkan pencemaran lingkungan terutama polusi udara akibat bau yang ditimbulkan.

Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, Rasio Ridho Sani mengatakan kondisi TPA banyak yang tidak memadai dan sangat rentan menimbulkan pencemaran lingkungan. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara utama pada talkshow bertema “Optimalisasi Teknologi Pengelolaan Sampah di Tengah Tantangan Sistemik Penanganan Sampah Nasional” untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup di JICC Senayan, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Selain itu masih ditemukan lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah ilegal (illegal dumping). Pengelolaan sampah juga masih menjadi beban biaya bagi masayarakat dan pemerintah daerah,” ujar Rasio dikutip di Jakarta, Rabu (25/6/2025).

Menurutnya, ketersediaan teknologi pengelolaan sampah yang efisien dan efektif sangat dibutuhkan. Terlebih, di dalam transformasi pengelolaan sampah di Indonesia, TPA nantinya hanya disiapkan untuk pengelolaan residu. Bahkan, mulai tahun 2030 tidak ada lagi pembangunan TPA baru.

Deputi Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) bidang Rekayasa Sipil dan Lingkungan Terbangun, Soelaeman Soemawinata mengatakan untuk memutuskan rantai timbunan sampah di TPA yang dianggap kurang efisien, maka sampah harus ditanggani dari hulu yakni dari tingkat lingkungan atau kawasan.

Salah satunya melalui penerapan teknologi pengelolaan sampah berskala lingkungan atau kawasan yang berdekatan dengan aktivitas permukiman masyarakat, tetapi aman secara lingkungan. Dengan teknologi seperti ini, maka sampah langsung dimusnahkan sehingga tidak butuh lahan penimbunan.

“PII terpanggil untuk berkontribusi terhadap upaya penanganan sampah nasional dengan menghadirkan satu karya masterpiece yakni mesin pemusnah sampah bernama Autothermix. Teknologi ini telah dioperasikan di Serang (Banten) dan Bandung (Jawa Barat),” paparnya.

Dia menyebutkan, teknologi mesin ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan insinerator lain. Diantaranya tidak menghasilkan limbah B3, biaya operasional hemat karena tidak berbahan bakar fosil), tidak perlu energi tambahan karena mampu menghasilkan suhu hingga lebih dari 1.000 derajat celcius, serta menghasilkan carbon credit untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Teknologi Jadi Hambatan

Deputi Ketua Umum Bidang Industri I PII, Faizal Safa menyebutkan dari sisi teknologi dalam negeri, ketergantungan pada produk luar negeri masih menjadi hambatan utama.

Minimnya dukungan terhadap inovasi lokal membuat solusi dalam negeri kurang berkembang. Padahal, potensi karya anak bangsa sangat besar untuk menjawab tantangan pengelolaan sampah nasional. Sudah saatnya Indonesia berdikari dengan teknologi buatan sendiri yang efektif dan teruji.

“PII menuntut untuk pemerintah pusat dan daerah bisa menggunakan produk dalam negeri untuk menangani masalah sampah yang kita hadapi, tidak menggunakan produk luar, dan pemerintah harus hadir memastikan hal tersebut. Selama ini tidak ada brand Indonesia dalam teknologi pengolahan sampah, tidak ada inovasi teknologi yang digunakan secara nasional,” ungkapnya.

Direktur Utama PT Tohaan Renewable Energy Engineering Budi, Budi Permana mengatakan insinyur Indonesia berhasil mengembangkan mesin pemusnah sampah lokal yang hanya membutuhkan 3% energi dibandingkan dengan teknologi sejenis dari negara-negara seperti Jepang, Korea, Cina, atau Eropa yang membutuhkan konsumsi energi jauh lebih besar.

“Teknologi ini tidak hanya efisien, tetapi juga terbukti efektif dengan tingkat pemusnahan sampah mencapai 100%. Sebuah solusi nyata karya anak bangsa yang mampu menjawab tantangan pengelolaan sampah nasional tanpa harus bergantung pada teknologi impor,” tegasnya.

Ketua BKTI-PII, Wiza Hidayat menambahkan bahwa saatnya pendekatan arsitektur hijau memegang peranan penting dalam pengelolaan sampah perkotaan yang berkelanjutan. Prinsip circular economy dapat diterapkan melalui penggunaan kembali material dan efisiensi sumber daya. Hal ini menjadi solusi konkret dalam menghadapi tekanan sampah di kota-kota besar.

“Konsep bangunan hijau tidak hanya fokus pada efisiensi energi, tetapi juga pengelolaan sampah dari sumbernya melalui pemilahan, penggunaan kembali material, hingga penerapan circular economy,” tutupnya.(Red- Amphibi News).

Berita Terkait

BNN Sumut Tes Urine 14 Kadus & Perangkat Desa Helvetia, 2 Kadus Kabur Terancam Dipecat
AMPHIBI Kota Medan Minta Tindak Tegas PT.AJP Dinilai Cemari Lingkungan Timbulkan Bau Busuk Resahkan Warga
Metanol Hasil Perpaduan Kimia CO2 dan H2 Air: Molekul Sederhana yang Jadi Segalanya
Rakerwil Amphibi Jatim Berlangsung Sukses, Banjir Apresiasi di Tengah Tantangan Kontribusi Perusahaan
Lingkaran Setan Sampah dan Oknum Nakal, “Mengapa TPST Sering Gagal”?
Pemerintah Percepat Transformasi Pengelolaan Sampah Nasional Menuju Indonesia Emas 2045
AMPHIBI Jawa Timur Gelar Rakerwil, Jadikan Ikhlas dan Tulus sebagai Fondasi Perjuangan Lingkungan Menuju Indonesia Emas 2045
RAKERWIL AMPHIBI Jatim: Gerakan Rakyat Lawan Limbah, Gaungkan Revolusi Hijau dari Sidoarjo

Berita Terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 14:15

BNN Sumut Tes Urine 14 Kadus & Perangkat Desa Helvetia, 2 Kadus Kabur Terancam Dipecat

Senin, 7 Juli 2025 - 09:40

AMPHIBI Kota Medan Minta Tindak Tegas PT.AJP Dinilai Cemari Lingkungan Timbulkan Bau Busuk Resahkan Warga

Jumat, 4 Juli 2025 - 00:01

Metanol Hasil Perpaduan Kimia CO2 dan H2 Air: Molekul Sederhana yang Jadi Segalanya

Rabu, 2 Juli 2025 - 10:05

Rakerwil Amphibi Jatim Berlangsung Sukses, Banjir Apresiasi di Tengah Tantangan Kontribusi Perusahaan

Selasa, 1 Juli 2025 - 07:07

AMPHIBI Jawa Timur Gelar Rakerwil, Jadikan Ikhlas dan Tulus sebagai Fondasi Perjuangan Lingkungan Menuju Indonesia Emas 2045

Selasa, 1 Juli 2025 - 04:46

RAKERWIL AMPHIBI Jatim: Gerakan Rakyat Lawan Limbah, Gaungkan Revolusi Hijau dari Sidoarjo

Senin, 30 Juni 2025 - 09:37

Pengelolaan Sampah Spesifik dan Limbah Rumah Tangga di Jawa Timur: Menuju Sistem yang Berkelanjutan dan Inklusif

Minggu, 29 Juni 2025 - 12:14

DPW AMPHIBI Jatim Gelar RAKERWIL, Tekankan Peran Masyarakat dalam Penanganan Limbah dan Sampah

Berita Terbaru