Oleh
Ahmad Syafi’i
(Anggota AMPHIBI Jawa Timur)
OPINI – Kondisi lingkungan hidup kita hari ini kian tercekik oleh laju aktivitas industri yang tak terkendali. Polusi udara di perkotaan, pencemaran sungai akibat limbah pabrik, laju deforestasi yang mengerikan, hingga emisi karbon yang memicu perubahan iklim ekstrem, semuanya menjadi bukti nyata tekanan terhadap bumi. Tak bisa dimungkiri, perusahaan-perusahaan besar memegang peran signifikan dalam degradasi lingkungan ini. Namun, tanggung jawab pelestarian bukan semata berada di pundak negara. Perlu ada dukungan dan kontrol kuat dari masyarakat sipil. Di sinilah organisasi masyarakat berbasis lingkungan (ormas lingkungan) hadir sebagai aktor kunci yang mengawal kelestarian, bergerak bukan sekadar penonton, melainkan penentu masa depan lingkungan kita.
Peran Strategis Ormas Lingkungan
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ormas lingkungan memiliki peran strategis yang tak tergantikan dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan industri dan kelestarian alam. Mereka tak hanya vokal, namun juga melakukan fungsi advokatif yang konkret:
- Kontrol Sosial; Ormas lingkungan berperan sebagai mata dan telinga masyarakat dalam mengawasi kepatuhan perusahaan terhadap regulasi lingkungan. Sebagaimana ditegaskan oleh para ahli hukum lingkungan, kepatuhan terhadap Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta instrumen seperti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, harus ditegakkan tanpa kompromi. Ormas inilah yang kerap mengungkap pelanggaran yang luput dari pengawasan pemerintah.
- Edukasi dan Sosialisasi; Mereka tak henti meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar kawasan industri, tentang hak-hak mereka atas lingkungan yang sehat. Melalui edukasi, masyarakat diberdayakan untuk memahami dampak aktivitas industri dan berani bersuara ketika hak mereka terampas.
- Advokasi Hukum dan Kebijakan; Ketika pengawasan dan edukasi tak cukup, ormas lingkungan tak ragu mengambil jalur hukum. Mereka mendorong penegakan hukum terhadap perusahaan pelanggar, baik melalui gugatan perdata, pelaporan pidana, maupun pendampingan warga yang terdampak. Peran ini krusial dalam menciptakan efek jera dan memastikan keadilan lingkungan.
- Kemitraan dan Kolaborasi; Tak hanya berhadapan, ormas lingkungan juga membuka ruang kemitraan. Mereka terlibat dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, audit lingkungan partisipatif, atau forum multipihak. Kolaborasi ini bertujuan untuk mendorong praktik industri yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Studi atau Kasus Nyata
Berbagai kisah sukses telah menunjukkan bagaimana ormas lingkungan mampu membalikkan keadaan. Sebut saja WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) yang telah berulang kali berhasil memenangkan gugatan hukum terhadap perusahaan perusak lingkungan, atau AMPHIBI dengan gerakan restorasi ekosistem yang melibatkan masyarakat lokal. Di skala global, organisasi seperti ELAW (Environmental Law Alliance Worldwide) mendukung jejaring aktivis hukum lingkungan di seluruh dunia, membuktikan bahwa gerakan ini tak mengenal batas.
Perusahaan-perusahaan raksasa pun kerap terpaksa melakukan pemulihan lingkungan atau mengubah kebijakannya setelah mendapat tekanan kuat dari masyarakat sipil dan ormas lingkungan, menunjukkan kekuatan kolektif dalam advokasi.
Tantangan dan Hambatan
Meskipun perannya vital, ormas lingkungan sering menghadapi kendala yang tidak ringan. Keterbatasan akses terhadap data dan informasi lingkungan yang transparan menjadi hambatan utama. Selain itu, tekanan balik dari perusahaan, mulai dari gugatan balik hingga intimidasi, bukanlah hal baru. Kurangnya saluran partisipatif yang efektif dalam pengambilan keputusan lingkungan juga sering menjadi keluhan. Oleh karena itu, penting sekali untuk memastikan perlindungan hukum yang kuat bagi para aktivis lingkungan agar mereka dapat bekerja tanpa rasa takut.
Advokatif
Melihat urgensi kondisi lingkungan dan peran vital ormas, sudah saatnya kita memperkuat posisi mereka sebagai aktor strategis dalam menjaga lingkungan. Pemerintah harus memfasilitasi kemitraan multipihak dan memastikan transparansi informasi lingkungan. Perusahaan, di sisi lain, perlu membuka ruang dialog yang setara dengan ormas, tidak lagi melihat mereka sebagai musuh, melainkan mitra dalam menciptakan bisnis yang lestari.
Kelestarian lingkungan bukan hanya soal teknis rekayasa, tetapi soal etika dan keberanian untuk bersuara. Di sinilah peran ormas lingkungan menjadi cahaya di tengah kabut kepentingan industri. Mereka bukan penonton pasif, melainkan penentu aktif masa depan lingkungan yang sehat bagi kita dan generasi mendatang.